27 Januari 2008

MULETEP


Win, putra kampung Mungkur, Linge, memakai sumpit (letep) terbuat dari bambu Ines (red. Gayo : Oloh Ines) dengan peluru Uahni Kesbeh mengusir sapi yang masuk ke lahan pertanian ama (ayah) nya.


Anak Sulung Aman Dimot Pejuang Kemerdekaan RI


Aman Ira, putra tertua dari Aman Dimot, sang pejuang kemerdekaan RI putra Linge.

Bertempat tinggal di rumah bantuan yang disewakan penduduk setempat kepadanya di Kampung Simpang Tige Uning, Linge, Aceh Tengah.

Beliau menutupi kehidupan sehari-harinya dengan menderes air nira dan langsung memrosesnya menjadi lempengan gula aren yang dipasarkan di ibukota kecamatan Linge, Isaq (Photo direkam 9/9/07)

26 Januari 2008

NYETRUM


Penangkapan ikan dengan menggunakan arus listrik harus segera dihentikan dan pelaku diberi sanksi berat agar kelestarian ikan-ikan sungai pedalaman Linge seperti Gegaring, Ili, Lemeduk, Mungkus, Gemoh, Likis, Baung, Denung, Mut, Lempawi, Relo, Kepaiten, Sepui, Bobot, Iken Pedih, Kebaro dan beberapa jenis ikan lainnya dapat terjaga.

24 Januari 2008

Sepintas Kecamatan Linge



Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah memiliki luas wilayah mencapai 2.262,85 Km2 dan 27 % dari kecamatan terluas ini merupakan hutan negara dan hutan rakyat yang masih alami. Daerah ini merupakan daerah miskin dan tertinggal (marjinal) akan tetapi memiliki SDA yang cocok untuk pengembangan peternakan. Memiliki lahan terbuka cukup luas lebih kurang sekitar 2.000 ha.


Jenis tanah sesuai untuk ditanami hijauan makanan ternak. Lahan tersebut apabila dibiarkan akan berdampak kurang baik terhadap lingkungan (terjadi erosi, lahan yang ditumbuhi alang-alang berpotensi menimbulkan kebakaran hutan) dan tidak memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat sekitarnya.


Lahan di kawasan ini pada umumnya tingkat kesuburannya sangat rendah, sehingga kurang cocok untuk dikembangkan untuk tanaman hortikultura dan perkebunan. Akibatnya pertumbuhan penduduk sangat lambat dan banyaknya penduduk bermigrasi ke daerah yang lebih subur. Jumlah penduduk 5.650 jiwa dengan kapadatan penduduk rata-rata 4 jiwa/km. Penghasilan utama penduduk adalah bersawah dan beternak tradisional dan lebih besar persentasenya merupakan buruh ternak.


Model peternakan yang diterapkan masih tradisional tanpa sentuhan teknologi sama sekali. Ternak yang dipelihara dengan dilepas begitu saja dengan mengkonsumsi rumput alam. Pilihan program pengembangan peternakan dengan pola Village Breeding Center (VBC) sangat cocok diterapkan diwilayah ini. Juga didukung dengan sumber air cukup yang perlu dimanajemen baik dengan pembangunan irigasi maupun teknologi pengelolaan air lainnya.


Seiring dengan pengembangan agribisnis peternak, peluang berkembangnya agrowisata sangat potensial di kawasan ini. Situs-situs sejarah awal cerita kerajaan Linge dan kerajaan Aceh dapat ditemui dikawasan ini. Suguhan landscape dengan panorama yang luar biasa serta belahan sungai yang potensial untuk arung jeram bagi para pemula sangat mudah dijangkau. Persawahan yang dikelola dengan pola tradisional masih dapat disaksikan.

Deres Air Nira (Wehni Pangoh)

18 Januari 2008

15 Januari 2008

Peternakan Terpadu Ketapang Buat Blog dan Buku

Peternakan Terpadu Ketapang Diperkenalkan di Dunia Maya

*Sebuah Buku Perkembangan Ketapang Juga Dibuat

Takengon- Peternakan Terpadu Ketapang yang dimulai sejak tahun 2004 yang terletak di daerah Waq Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah dan merupakan daerah pengembalaan tradisional (Peruweren) sudah mulai menunjukkan hasil menggembirakan.

Hasil positip tersebut , kata Khalisuddin .S.Pt, Sabtu (12/1) , salah seorang pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan , ditandai dengan sudah mulainya beranak puluhan ekor sapi. Dikatakan Khalissudin, saat ini 100 Kepala Keluarga dari 14 Kecamatan di Aceh Tengah telah menempati kawasan.

“Ketapang sudah menjadi sebuah komunitas baru peternakan moderen dan terpadu sesuai dengan keinginan Pemda”, sebut Khalisuddin. Secara bertahap, lanjut Khalis, perkembangan Ketapang tidak saja terlihat dari jumlah sapi yang terus bertambah, namun juga dari sektor pertaniannya sudah menjadi kawasan pertanian baru yang menanam berbagai jenis komoditi untuk keperluan peternak.

Di kawasan Ketapang juga terdapat sebuah Sekolah Dasar, Pusat Kesehatan Hewan dan sejumlah kebutuhan dasar lainnya. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan Peternakan Terpadu Ketapang, Pemda melalui Dinas Peternakan dan Perikanan juga sudah membuat sebuh blog khusus yang menunjukkan perkembangan Peternakan Terpadu Ketapang di dunia maya.

“Ide pembuatan blog khusus bagi Ketapang adalah upaya memperkenalkan Peternakan Ketapang ke dunia Internasional sebagai promosi potensi daerah. Selain itu untuk menunjang kemajuan Peternakan Ketapang dengan sumbang saran dari berbagai pihak agar Ketapang menjadi sebuah kawasan yang moderen dimasa depan”, sebut Khalis.

Dikatakan Khalis, masyarakat dapat melihat tentang Ketapang secara rinci di blog, voice-of-linge.blogspot.com. Dalam blog ini secara berkala semua perkembangan Peternakan Terpadu Ketapang akan diinformasikan secara lengkap.

Selain membuat blog, saat ini, lanjut Khalis, juga sedang dibuat sebuah buku tentang Ketapang yang nantinya diharap mampu menjadi media promosi Ketapang. Buku tersebut dilengkapi dengan gambar dan keterangan profile Ketapang.

Rencananya, sebut Khalis, buku Peternakan Terpadu Ketapang berjudul “Visiklopedia Peternakan Terpadu Ketapang”. Buku tersebut kini sedang dalam proses penyelesaian.

Seperti direncanakan bupati Aceh Tengah , Ir.H,Nasaruddin, MM, ungkap Khalis, Peternakan Terpadu Ketapang kedepannya nanti selain menjadi kawasan peternakan Moderen dan sumber pengadaan daging ternak, juga menjadi kawasan pertanian baru dan bahkan daerah Agrowisata karena berada dijalur jalan Negara Takengon-Gayo Lues (ashaf)

Web dan Buku Ketapang Dibuat

Peternakan Terpadu Ketapang Diperkenalkan di Dunia Maya

*Sebuah Buku Perkembangan Ketapang Juga Dibuat

Takengon- Peternakan Terpadu Ketapang yang dimulai sejak tahun 2004 yang terletak di daerah Waq Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah dan merupakan daerah pengembalaan tradisional (Peruweren) sudah mulai menunjukkan hasil menggembirakan.

Hasil positip tersebut , kata Khalisuddin .S.Pt, Sabtu (12/1) , salah seorang pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan , ditandai dengan sudah mulainya beranak puluhan ekor sapi. Dikatakan Khalissudin, saat ini 100 Kepala Keluarga dari 14 Kecamatan di Aceh Tengah telah menempati kawasan.

“Ketapang sudah menjadi sebuah komunitas baru peternakan moderen dan terpadu sesuai dengan keinginan Pemda”, sebut Khalisuddin. Secara bertahap, lanjut Khalis, perkembangan Ketapang tidak saja terlihat dari jumlah sapi yang terus bertambah, namun juga dari sektor pertaniannya sudah menjadi kawasan pertanian baru yang menanam berbagai jenis komoditi untuk keperluan peternak.

Di kawasan Ketapang juga terdapat sebuah Sekolah Dasar, Pusat Kesehatan Hewan dan sejumlah kebutuhan dasar lainnya. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan Peternakan Terpadu Ketapang, Pemda melalui Dinas Peternakan dan Perikanan juga sudah membuat sebuh blog khusus yang menunjukkan perkembangan Peternakan Terpadu Ketapang di dunia maya.

“Ide pembuatan blog khusus bagi Ketapang adalah upaya memperkenalkan Peternakan Ketapang ke dunia Internasional sebagai promosi potensi daerah. Selain itu untuk menunjang kemajuan Peternakan Ketapang dengan sumbang saran dari berbagai pihak agar Ketapang menjadi sebuah kawasan yang moderen dimasa depan”, sebut Khalis.

Dikatakan Khalis, masyarakat dapat melihat tentang Ketapang secara rinci di blog, voice-of-linge.blogspot.com. Dalam blog ini secara berkala semua perkembangan Peternakan Terpadu Ketapang akan diinformasikan secara lengkap.

Selain membuat blog, saat ini, lanjut Khalis, juga sedang dibuat sebuah buku tentang Ketapang yang nantinya diharap mampu menjadi media promosi Ketapang. Buku tersebut dilengkapi dengan gambar dan keterangan profile Ketapang.

Rencananya, sebut Khalis, buku Peternakan Terpadu Ketapang berjudul “Visiklopedia Peternakan Terpadu Ketapang”. Buku tersebut kini sedang dalam proses penyelesaian.

Seperti direncanakan bupati Aceh Tengah , Ir.H,Nasaruddin, MM, ungkap Khalis, Peternakan Terpadu Ketapang kedepannya nanti selain menjadi kawasan peternakan Moderen dan sumber pengadaan daging ternak, juga menjadi kawasan pertanian baru dan bahkan daerah Agrowisata karena berada dijalur jalan Negara Takengon-Gayo Lues (ashaf)

14 Januari 2008

Takengon Sentra Pengembangan Sapi Bali Aceh


Penduduk Aceh Tengah Jadi Pengembang Sapi Bali di Aceh

Takengon- Hingga saat ini sapi bali terus berkembang pesat di Takengon. Awalnya, ujar Wiknyo (55) , Senin (14/1) , Penduduk Paya Tumpi yang juga sudah beternak sapi sejak 1983, Sapi Bali dikembangkan oleh Dinas Peternakan Aceh Tengah tahun 1993.

Sejak saat itu, sapi bali maju pesat di Takengon dengan sistim bagi anak antara Pemda dan Peternak. Kini, perkembangan sapi bali sudah demikian populer hingga yang menjadi peternak bukan saja petani peternak tapi juga kalangan pegawai negeri dan swasta di Aceh Tengah.

Saat ini, selain Dinas Peternakan dan Perikanan yang mengembangkan sapi bali di Takengon dan Peternakan Terpadu Ketapang, kalangan masyarakat juga sudah membiasakan diri mengembangkan ternak yang perawatan dan perkembangannya sangat mudah.

Seperti disebutkan Hanipan, seorang guru SD yang memlihara tiga ekor sapi bali. Menurut Hanipan, memelihar sapi bali sangat mudah dan setiap sembilan bulan sekali dipastikan beranak.

Kemudahan lain beternak sapi bali, menurut guru SD yang tinggal di Dusun Paya Serngi Kecamatan Kebayakan ini adalah, sapi bali memakan hamper semua jenis rumput ssehingga mudah dipelihara.

Apalagi tambah Hanipan, harga sapi bali setiap tahunnya terus naik. Saat ini harga sapi bali jenis betina berumur delapan bulan keatas, dijual Rp.4-7 juta/ekor, tergantung besar sapinya. Sementara harga sapi bali jantan bisa lebih tinggi.

Sementara itu, seorang pedagang sapi bali, Ihksan Aman Rizki, harga sapi bali terus naik. Saat ini, sapi bali yang diberikan untuk korban konplik dan sudah diperjualbelikan, dipatok harganya antara Rp.3-5 juta/ekor.

“Sapi bali dari Takengon, saat ini banyak diminati di Bener Meriah dan juga dibawa ke Kabupaten Gayo Lues”, sebut Ikhsan. Dikatakan Ikhsan yang juga Kepala Kampung Paya Serngi, permintaan akan sapi bali terus meningkat setiap saat.

Salah satu penyebab warga suka beternak sapi bali di Takengon, menurut Wiknyo disebabkan karena kesesuaian dan ketersediaan pakan ternak yang cukup. Selain itu, setiap tahun sapi bali tetap berproduksi sehingga dapat dijadikan sumber perekonomian petani setiap tahunnya untuk kebutuhan sekolah dan kebutuhan lainnya.

Wiknyo mengasumsikan, jika setiap kepala keluarga diseputaran pinggiran Kota Takengon memiliki dua induk sapi bali, maka setiap tahun dispatikan dapat menghasilkan tidak kurang dari Rp.10 juta.

Namun berdasarkan pengamatan Rakyat Aceh, masih banyak warga Takengon yang memelihara sapi bali yang belum menyediakan kandang sapi sesuai standar. Dan bahkan ada yang tidak diberi kandang, namun dibiarkan dilapangan atau didekat rumah peternak.

Begitu juga makanan tambahan untuk sapi bali tidak pernah diberikan, kecuali hanya rumput semata. Seorang pegawai peternakan Aceh Tengah, drh. Rahmandi, mengatakan, kebanyakan peternak di Takengon masih belum mengelola ternak secara standar atau professional.

Sehingga menurut drh. Rahmandi, pola seperti ini disebutnya dengan istilah setengah penganiayaan pada ternak. Karena masih ada kandang ternak yang tidak disemen sehingga ternak tidur diatas Lumpur kandang.

“Minimal, kandangnya diberi alas papan atau semen demi menjaga kebersihannya. Begitu juga dengan makanan tambahan dan suplemen lainnya. Jika kebutuhan standar ternak tidak dipenuhi, ini sama dengan penganiayan ternak”, sebut drh Rahmandi sambil tertawa.

Saat ini ada ribuan sapi bali yang dipelihara diseputaran Kota Takengon , seperti di Kecamatan, Bebesen, Kebayakan, Bintang, Lauttawar, Jagong dan sejumlah Kecamatan lainnya. Sapi bali sudah menjadi komoditi andalan selain kopi sebagai sumber perekonomian warga. (www.gayolinge.com/ashaf-sumber)

09 Januari 2008

Sapi Di Ketapang


07 Januari 2008

Pengelolaan Ketapang Harus Dilakukan Serius

Bupati Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM meminta dinas terkait termasuk petani ternak untuk bekerja serius mengelola peternakan di kawasan Ketapang, Kecamatan Linge. Tujuan dibukanya kawasan Ketapang sebagai areal pengembangan ternak adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya petani ternak.

Permintaan itu disampaikan Nasaruddin dalam kunjungan silaturahminya dengan para peternak Ketapang Sabtu, (5/1) lalu. Rombongan bupati selain didampingi oleh beberapa dinas terkait dan beberapa anggota DPRK Aceh Tengah.

Sisi lain Nasaruddin mengakui, program pengembangan peternakan jenis sapi di areal Ketapang masih membutuhkan beberapa fasilitas pendukung. Namun dia menyebutkan, fasilitas pendukung seperti air bersih dan sarana penerangan listrik itu dalam tahun 2008 ini akan segera terealisir. Di areal pengembangan peternakan Ketapang rinci Nasaruddin pihaknya merencanakan akan mengembangkan sebanyak 1500 ekor sapi. Saat ini dari 100 orang petani ternak yang telah menempati kawasan itu sebanyak 750 ekor telah mulai menunjukkan perkembangannya.

Nasaruddin selain berdialog dengan para peternak juga menyempatkan diri untuk berkeliling mengunjungi ternak sapi yang telah dipelihara oleh para peternak. Kepada para wartawan yang menyertai kunjungan itu, Nasaruddin berkali-kali menegaskan bahwa sasaran pengembangan peternakan itu adalah untuk meningkatkan perekonomian para peternak. Makanya, untuk urusan masalah pengembangan peternakan di kawasan Ketapang dia meminta baik dinas terkait maupun para peternak untuk tidak main-main.

Secara rinci orang nomor satu di daerah dataran tinggi Gayo itu menyebutkan, areal pengembangan peternakan di Ketapang, Kecamatan Linge memiliki luas 210 hektar. Pemda Aceh Tengah akan terus menambah ternnak dan jumlah petani ternak untuk menempati kawasan Ketapang.

Program pengembangan peternakan menurut Nasaruddin tidak mengganggu alam sekitarnya seperti penebangan pohon. Karena program pengembangan peternakan memanfaatkan lahan tandus yang ada. Keuntungan lainnya, adanya pengembangan peternakan sekaligus membuka keterisoliran kawasan tersebut. Dalam pengembangan peternakan di Ketapang, Pemda Aceh Tengah mengucurkan dana yang bersumber dari APBD daerah setempat, APBD dari Provinsi NAD dan bantuan pusat.

Digulirkannya pengembangan peternakan di Ketapang karena selama ini kebutuhan akan daging untuk daerah itu dirasakan masih sangat kurang terutama saat menjelang hari-hari besar islam. Ia mencontohkan, Aceh Tengah yang memiliki sebanyak 266 kampung, bila setiap kampung membutuhkan 3 ekor sapi atau kerbau dalam setiap tahunnya, maka dibutuhkan sebanyak 798 ekor sapi atau kerbau. Sementara harga daging yang berlaku saat ini di pasaran Aceh Tengah mencapai Rp 80 ribu per kilo gram.

Salah seorang anggota DPRK Aceh Tengah, Banta Mude, SE yang turut dalam rombongan itu menyebutkan, ketersedian pakan yang cukup dan sarana air bersih yang memadai cukup mendukung pengembangan ternak di kawasan Ketapang.

Hal tersebut juga diakui oleh Nasruddin (37) petani ternak di Ketapang, bahwa dalam memelihara ternak jenis sapi Bali itu, para peternak sangat membutuhkan sarana air bersih. Disamping untuk kebutuhan ternak, juga untuk kebutuhan para peternak.

Dalam kunjungan tersebut, Bupati Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM menyerahkan bantuan untuk pembangunan lima buah musholla masing-masing Rp 2,5 juta dan bibit tanaman penghijauan seperti bibit pinus sebanyak 40 batang, mahoni sebanyak 25 batang, trembesi 25 batang dan durian 100 batang.

Bupati Berbincang Dengan Anak Dari Peternak

Bupati Aceh Tengah, Ir H Nasaruddin MM sedang berbincang bincang dengan seorang anak yang tinggal di peternakan ketapang, sabtu (05/01)

06 Januari 2008

ketapang

Bupati Aceh Tengah sedang meninjau lokasi peternakan ketapang, sabtu (1/05)